Mengapa mayoritas orang Tionghoa di Indonesia memiliki kehidupan finansial yang mapan? Bahkan tak sedikit yang kaya raya.

Alasan pertama : Privilege Mindset.

Kalau di keluarga saya, selalu didongengkan asal-usul kami bisa hidup di Indonesia.

Kenapa orang Tionghoa ketika tiba di Indonesia yang padahal tidak punya harta benda dan memulai sesuatu dari 0 tapi bisa menjadi sukses bahkan menguasai perekonomian Indonesia?

Karena orang-orang Tionghoa yang bisa pergi dari China itu bukan orang sembarangan. Mayoritas orang hebat, pengusaha, punya skill yang mumpuni, dan orang kaya. Sisanya adalah orang yang beruntung.

Karena pada masa lalu, kalau kamu mau pergi dari China, kamu harus punya kapal (bisa bikin atau sewa/beli) dan juga persediaan makanan yang cukup untuk terombang-ambing di lautan selama berbulan-bulan. Dan percayalah jika suatu negara lagi krisis, harga bahan baku itu pasti meningkat tajam, apalagi barang-barang seperti kapal karena pasti banyak yang mau kabur. Orang China yang miskin dan tidak punya apa-apa kemungkinan sangat kecil bisa kabur, jangankan bisa siapin makanan buat persediaan di kapal, tapi udah mati duluan karena kelaparan. Kecuali kalau beruntung punya relasi orang hebat jadi bisa numpang di kapalnya, atau malah dia yang jadi pendayungnya.

Tiba di Indonesia dalam keadaan 0. Tapi mindsetnya tetap mindset orang hebat. Tetap tau caranya mengelola uang. Tetap tau caranya mencari uang. Dan mindset tersebut diturunkan ke generasi demi generasi. Menurut saya, mindset adalah faktor utama untuk sukses. Orang kaya yang bangkrut lebih mudah menjadi kaya lagi daripada orang miskin untuk menjadi kaya kan.

Start sama-sama dari 0. Tapi mindset kami mindset orang sukses sedangkan yang lain mindset ordinary. Jelas kalah saing. Ketika kami terima penghasilan 1 juta rupiah, kami usahakan hanya memakai maksimal 500 ribu saja, lalu sisanya diinvestasikan agar menjadi lebih banyak. Sedangkan orang biasa akan menghabiskan uangnya, dan jarang sekali bisa menabung. Ketika penghasilan kami naik jadi 2 juta rupiah, kami tetap hanya menghabiskan 500 ribu saja, dan sisanya diinvestasikan lagi. Sedangkan orang biasa akan memberikan dirinya sendiri self reward, dan jarang sekali bisa menabung. Ini salah satu contoh saja.

Mindset yang diajarkan kepada saya sejak kecil adalah rajin menabung. Jangan lebih besar pasak daripada tiang. Hemat jangan boros. Kalau tidak penting tidak usah beli, kalau belum rusak tidak perlu ganti. Tidak perlu beli makan di luar, masak sendiri lebih murah dan sehat. Utamakan investasi, bikin uang 1000 jadi 2000, 2000 jadi 4000, dan seterusnya sampai banyak, jangan pernah puas. Tidak perlu gengsi, tidak perlu merasa malu, tidak peduli orang bilang kita lusuh, jelek, kumuh, yang penting kita tidak kekurangan. Dll.

Celana saya sudah robek tapi masih sering saya pakai. Bahkan pernah pergi ke Central Park Mall pakai celana ini. Wkwkwk.

Alasan kedua: Kita ini pendatang jadi kerja lebih keras.

Keluarga saya selalu menanamkan bahwa kami tidak punya privilege di sini. Kita harus kerja lebih keras jika ingin hidup makmur di sini. Karena kalau kita miskin, jangan harap bisa dapat bantuan sosial dari pemerintah dan sebagainya. Karena pun sampai sekarang keadaan kami masih kurang diakui di sini padahal lahir dan tumbuh besar di sini tapi masih menjadi warga kelas dua. Hanya dengan bekerja keraslah dan mempunyai uang yang banyak kami bisa hidup nyaman di sini.

Intinya semakin hidup kita dimanjakan dan dipermudah, maka kita akan menjadi semakin lembek.

Itu 2 alasan utama yang ditekankan oleh keluarga saya kepada saya kenapa saya harus jadi orang sukses 😊 Karena saya merupakan keturunan orang hebat jadi pasti saya juga merupakan orang hebat dan saya tidak ada apa-apanya jika miskin, tidak akan ada yang menolong saya dan tidak bisa mengharapkan bansos.

Disclaimer : Cerita tersebut diturunkan di keluarga saya dan menurut pandangan keluarga saya, saya tidak tau kalau keluarga lain seperti apa.

Oia ada tambahan, biasanya orang Tionghoa dididik untuk menjadi lebih hebat daripada generasi pendahulu. Saya selalu ditanamkan mindset seperti ini di keluarga saya : Jika kakek buyut seorang karyawan, maka kakek buka warung, orang tua buka toko, dan anak harus buka pabrik.

Saingan saya adalah orang tua saya sendiri. Saya harus bisa lebih hebat daripada orang tua saya ✌

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Klik tombol ini
Silahkan chat kami
Kak mau tanya2 mengenai pembuatan seragam ?