Ilustrasi..
pernah ketemu penjual martabak, yang dagang orang tionghoa, karena lagi sepi, saya diajak ngbrol ama kokonya, dia tanya gini.
“sekolah apa kerja?”
(saya) kerja ko, tapi nanti mau berhenti kerja untuk fokus kuliah”
“Oh iya, kuliah tinggi gak papa, yang penting ilmunya nanti bisa bermanfaat”
“(saya) “iya koh”
“anak saya kuliah di ****(universitas swasta lumayan bonafit luar kota), pengennya kalau kelar nanti, dia nerusin usaha martabak saya aja daripada jauh2 cari kerja di luar kota”
(saya)”Lah! kemarin kenapa disekolahkan tinggi koh kalau disuruh dagang martabak?”
kokonya gak jawab, cuman senyum aja, terus saya pulang deh..
waktu itu saya masih pekerja, pola pikirnya masih beda, pikiran saya, ngapain dagang martabak tapi sekolah tinggi-tinggi, mending kerja di kantor atau keluar negeri sekalian,
karena si kokoh pengusaha, pola pikirnya beda lagi, dia sekolahkan anaknya untuk pintar, meski cuman jualan martabak, karena anaknya pintar dan pergaulannya udah beda, otomatis pasti bisa majuin usaha bapaknya.
pengusaha dan pedagang itu beda ya, pengusaha seringkali haus akan ilmu, ibaratnya meski cuman pake kaos kutang doang, gak sedikit yang terus belajar setiap hari, belajar dari mantan boss saya yang hanya tamatan sma, tapi langganan koran tempo, bisnis, dll. dan itu setiap hari dia baca, orangnya agak gaptek, tapi soal itungan bisnis, dia emang jagonya, gak heran, dulu dia kerja ama orang, terus bisa buka toko sendiri, karena dia orangnya mau terus belajar.
perbedaan paling nyata antara karyawan dan pengusaha dalam pola pikir mungkin salah satunya memandang uang, ibarat dapat gaji 4 juta, kemudian akan dikurangi dengan pengeluaran perbulan, sedangkan pengusaha berpikir harus mengembangkan 4 juta hari ini menjadi 8 juta bulan depan,
karyawan bisa kaya, kalau dia tahu cara menumbuhkannya uangnya, pengusaha juga bisa bangkrut, kalau dia tidak tahu mengatur arus cash keluar masuknya,